Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Filipi 4:12-13
Jika kehidupan ini diibaratkan sebuah sekolah, di tiap-tiap tahap kehidupan, semua orang akan menghadapi ujian. Sama seperti tujuan ujian yang dilakukan oleh seorang guru kepada murid-muridnya, ujian kehidupan yang Tuhan ijinkan dialami oleh setiap orang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kebenaran itu dipahami dan diterapkan.
Seorang guru tidak akan memberikan suatu soal ujian yang melebihi kapasitas sang murid. Sebagai contoh, anak kelas 1 SD tidak mungkin diberikan soal ujian yang seharusnya untuk anak kelas 2 atau 3 SD. Guru itu akan memberikan soal-soal ujian berdasarkan pelajaran-pelajaran yang sudah pernah diberikannya pada murid-muridnya. Demikian juga Tuhan, itu sebabnya Dia berkata bahwa," Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13).
Paulus pun mengalami berbagai ujian dalam hidupnya, dia berkata," Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan." Dua tipe ujian kehidupan inilah yang dialami rasul Paulus, kekurangan dan kelimpahan, kegagalan dan keberhasilan. Dan Paulus berhasil melewati keduanya.
Sebuah kisah yang menceritakan dengan detail tentang dua ujian ini, adalah kisah Yusuf. Dia mengalami masa-masa kegagalan dan keberhasilan, dia juga mengalami masa-masa kekurangan dan kelimpahan, dan hebatnya anak muda ini berhasil melewati semuanya. Inilah pelajaran penting yang harus kita perhatikan:
Pertama, Yusuf melalui masa-masa penderitaan, kekurangan dan kegagalannya tanpa bersungut-sungut dan keputusasaan. Jika Anda mengalami yang Yusuf alami, pasti Anda akan merasa orang yang paling gagal, paling kekurangan dan paling menderita di dunia ini. Dia di buang oleh kakak-kakaknya, statusnya budak bahkan narapidana. Ketika malam tiba dan melihat kelangit kepada bintang-bintang serta bulan, dia akan mengingat mimpinya kembali. Jika Anda menjadi Yusuf yang masih berumur belasan tahun dan menjadi seorang budak bahkan narapidana, masihkan Anda mempercayai janji Tuhan dalam hidup Anda? Yusuf masih mempercayainya. Dia masih mengasihi dan mempercayai Allah sama seperti saat dia masih berada dirumahnya dan menjadi anak kesayangan sang ayah.
Kedua, Yusuf tidak mengijinkan dirinya diperbudak oleh masa lalunya. Yusuf melepaskan pengampunan atas orang-orang dan kejadian-kejadian di masa lalunya. Saat dia mencapai posisi sebagai orang kedua di Mesir, dia tidak lantas membalas dendam kepada Potifar dan istrinya yang menjebloskannya ke penjara dengan tidak adil.
Saat kakak-kakaknya datang ke Mesir untuk membeli gandum, Yusuf tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh perasaan terluka dan kemarahan serta membalas perbuatan saudara-saudaranya. Yusuf melepaskan pengampunan, dia menerima kembali kakak-kakaknya.
Sekalipun Yusuf pernah menjadi budak dan dipenjara, namun tidak dengan hati dan jiwanya. Anda dan sayalah yang menentukan pilihan, apakah akan diperbudak atau tidak oleh rasa sakit hati. Semua itu adalah sebuah pilihan.
Ketiga, Yusuf tidak dibutakan oleh kelimpahan. Saat Tuhan mengangkat Yusuf menjadi orang kedua di Mesir, segala kuasa dan harta kekayaan ada dalam tangannya. Namun Yusuf tidak melupakan Tuhan, Allah nenek moyangnya. Dia tidak berpaling kepada berhala-berhala sekalipun istrinya adalah anak imam Mesir.
Banyak orang dapat bertahan ketika menghadapi ujian kegagalan ataupun kekurangan, namun sedikit yang bisa bertahan menghadapi ujian kelimpahan. Bersama datangnya kekuasaan yang besar, datang juga tanggung jawab yang besar. Bersama datangnya popularitas dalam hidup Anda, datang juga kewajiban untuk memiliki keredahan hati. Bersama datangnya keberhasilan, datang juga tuntutan untuk memiliki integritas.
Yusuf dan Paulus berhasil melewati ujian keberhasilan dan kegagalan, kekurangan dan kelimpahan, bahkan dengan nilai yang sangat tinggi. Mereka adalah orang-orang yang berkarakter dan mencerminkan Allah yang disembahnya. Bagaimana dengan Anda? (Adaptasi dari buku: Yusuf, karangan Charles Swindoll)